“Jangan sampai jadi generasi strawberry” yang tersampaikan pada Rabu, (28/5). Santai tapi menohok. Lembut tapi ngebekas. Seolah-olah tahu betul isi kepala (dan mungkin isi galeri Instagram) anak-anak zaman sekarang.
Kalimat itu meluncur dari Dr. Ani Wijayanti selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), dalam keynote speech-nya pada Seminar Hukum dan Bisnis bertema “Legal Smart, Business Strong: Kunci Sukses Bisnis di Era Digital” di UBSI Kampus Cengkareng.
Tema seminarnya pun nggak main-main. Kalau dibaca sambil ngopi, mungkin kesannya akademik banget. Tapi begitu dijabarkan pelan-pelan oleh Dr. Ani, barulah kerasa bahwa tema ini bukan sekadar quote LinkedIn, tapi peringatan dini buat kita semua—terutama yang punya cita-cita buka bisnis sendiri, hidup dari cuan digital, tapi ogah baca syarat dan ketentuan layanan.
“Generasi strawberry” itu istilah populer buat menggambarkan anak muda yang kelihatannya mulus, manis, dan kinclong… tapi rapuhnya minta ampun. Dikasih kritik sedikit langsung down. Ditegur senior langsung resign. Dikasih tantangan bisnis langsung posting Instastory, “self healing dulu yaa, jangan ganggu.”
Nah, menurut Dr. Ani, kalau mau bisnisnya strong, maka mindset-nya harus legal smart. Kenapa? Karena di era digital ini, semua orang bisa jualan. Tapi nggak semua orang paham batasan hukumnya. Apalagi sekarang, postingan TikTok aja bisa kena UU ITE. Apalagi kalau bikin usaha ilegal tanpa izin, seenaknya main copy produk orang, atau asal comot logo dagang.
Lewat keynote-nya, ia mendorong peserta untuk berpikir strategis, tangguh, dan tahan banting dalam menghadapi tantangan dunia industri. Literasi hukum bukan lagi pelengkap, tapi kunci utama agar bisnis tidak hanya bertahan, tapi juga tumbuh sehat dan berkelanjutan.
“Peluang bisnis sekarang terbuka lebar, tapi kalau kamu nggak siap, ya bisa kesandung kapan aja,” begitu kira-kira penegasannya. Dan dirasa itu bukan sekadar wejangan dari podium, tapi semacam doa—agar generasi kampus hari ini jangan sampai tumbang sebelum bertarung.
Masuk akal sih. Dunia bisnis hari ini kayak medan tempur yang berubah terus. Kadang aturannya ketinggalan zaman, kadang teknologinya yang kejauhan. Tapi kalau kita nggak punya fondasi hukum yang kuat, ya bakal gampang goyah. Apalagi kalau niatnya cuma ikut-ikutan tren, buka bisnis biar bisa nulis “CEO” di bio Instagram.
“Jadi, bukan cuma produk yang harus strong. Bukan cuma personal branding yang harus smart. Tapi, juga otak—dan moral—harus siap main panjang,” pungkas Dr. Ani.
Karena pada akhirnya, bisnis bukan soal siapa yang mulai duluan, tapi siapa yang bisa bertahan lebih lama. Dan buat bisa bertahan, nggak cukup cuma punya mimpi dan modal. Tapi juga butuh satu hal yang sering dilupain anak muda: literasi hukum.
0 Komentar