hukum

Yap, begitulah kerasnya dunia digital. Bisnis di era sekarang itu kayak naik roller coaster tanpa sabuk pengaman kalau kamu nggak paham urusan hukum. Hal inilah yang dibedah habis-habisan dalam seminar Hukum Bisnis “Legal Smart, Business Strong: Kunci Sukses Bisnis di Era Digital” di Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Kampus Cengkareng, Rabu, 28 Mei 2025 bareng Branch Manager di Bank Negara Indonesia (BNI) BSD, Dr. (c) Abiwodo.

Abiwodo, yang sehari-harinya ngurus urusan compliance dan manajemen risiko di bank, datang bukan buat nakut-nakutin pelajar, mahasiswa atau calon pebisnis muda. Tapi lebih ke ngajak kita semua mikir, “Kamu mau bisnis cuma laris sesaat atau hidup panjang dan legal sampai tua?”

Menurut Abiwodo, risiko dalam bisnis digital itu bukan cuma soal produk jelek atau pasar sepi. Ada tiga hantu utama yang mengintai tiap pebisnis, antara lain risiko hukum, risiko reputasi, dan risiko kepatuhan. Dan sering kali, ketiganya datang barengan kayak trio maut. Apalagi buat yang suka ngasal, daftar bisnis tanpa izin, pakai data pelanggan buat email blast tanpa persetujuan, atau main investasi kripto tanpa tahu dasar hukumnya.

Kalau kamu pikir hukum itu urusannya cuma pengacara dan notaris, Abiwodo mengingatkan, bahwa salah input data pelanggan aja bisa digugat kalau melanggar UU Perlindungan Data Pribadi. Dan itu belum termasuk sanksi dari OJK kalau kamu main di sektor keuangan digital tapi nggak ngerti POJK.

Jadi, solusinya apa? Gampang tapi nggak bisa disambi. Pahami regulasi, rajin baca update hukum, jangan males konsultasi sama ahli (bukan ahli nyinyir di Twitter), dan edukasi tim kamu soal SOP dan etika kerja.

“Jangan sampai SOP cuma sekadar stiker di pantry,” seloroh Abiwodo sambil tertawa. Tapi di balik tawa itu, ada realitas pahit tentang banyak bisnis rontok bukan karena nggak laku, tapi karena lalai.

Yang bikin adem, BNI sendiri udah kasih contoh. Mereka bikin sistem compliance dan manajemen risiko yang rapi—nggak cuma buat jaga-jaga, tapi juga sebagai aset reputasi. Karena, seperti yang dibilang beliau: “Bisnis bukan soal cari untung, tapi bangun kepercayaan.”

Dan betul sih, kepercayaan itu barang mahal. Sekali ilang, balikinnya susah. Bahkan teknologi AI tercanggih pun nggak bakal bisa bantu kalau yang rusak adalah nama baik.

Seminar dari UBSI Sebagai Kampus Digital Kreatif hari itu menohok banyak peserta. Bukan karena materinya berat, tapi karena terlalu dekat. Abiwodo menutup dengan satu kalimat yang bisa jadi renungan kita: “Yang bertahan bukan yang cepat, tapi yang taat.”

Jadi, kalau kamu masih mikir legalitas itu ribet, ingatlah bahwa masa depan bisnis kamu bisa hancur bukan karena gagal jualan, tapi karena lupa urus izin. Yuk, jadi generasi yang nggak cuma kreatif, tapi juga cerdas secara hukum.

“Karena di era digital ini, yang survive bukan yang paling keren, tapi yang paling siap—dan paling legal,” pungkasnya.

Kategori:

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *